Senin, 20 Maret 2017

COMPOSTING TOILET

Metode ini makin banyak disenangi oleh negara – negara yang sudah berkembang karena mempunyai beberapa keuntungan antara lain fasilitas untuk selokan tidak banyak, aman untuk lingkungan sekitarnya serta biaya pembuatannya murah. Biaya yang murah serta kurangnya kemampuan teknologi merupakan pertimbangan bagi negara – negara yang sedang berkembang untuk menggunakan metode ini disamping keuntungan lain yakni pupuk yang dihasilkannya untuk dapat dieprgunakan untuk keperluan pertanian.

  1. Pembuatan dan penyelenggaraan composting toilet (kakus kompos)
Satu cara yang dapat dikatakan aman untuk membuat pupuk dari tinja adalah dengan mengkomposkannya dalam lubang kakus. Setelah melewati periode composting yang diperlukan, lubang dapat dikosongkan, sehingga meniadakan adanya penanganan terhadap tinja yang masih segar. Lubang jamban, slab, perletakan dan ketentuan – ketentuan lainnya tidak berbeda dengan apa yang telah di kemukakan dalam pembahasan tentang kakus cubluk (pit latine).Agak berbeda dengan kakus cubluk, composting toilet (kakus kompos) harus dibangun dengan kapasitas sebesar mungkin sehingga tidak cepat penuh. Untuk ini penampang melintang lubang perlu diperluas. Ini dapat dilakukan dengan membuat lubang yang besar terdiri dari empat bagian, dengan bertutup slab beton, ataun membuat lubang tersebut dalam bentuk empat persegi panjang, sedemikian sehingga lubang tanah meluas di luar bangunan atas, dan ditutup dengan tutup yang tepat, rapat dan tahan lama. Satu lubang yang berukuran lebar 80 cm, panjang 1,80 cm, dan dalam 2,50 m atau lebih dapat digunakan untuk kakus kompos.
Metode ini didasarkan pada dekomposisi anaerobik bahan buangan organik yang dibiarkan berlangsung paling sedikit selama 6 (enam) bulan untuk memberikan jaminan hancurnya kuman – kuman patogen dan telur cacing.

        Prosedur Pembuatan dan penyelenggaraannya adalah sebagai berikut:
  1. Gali lubang dengan ukuran yang diperlukan, dengan dasar yang harus selalu di atas permukaan air tanah.
  2. Sebelum slab diletakkan, tutuplah dasar 5cm dari lubang dengan potongan – potongan rumput, daun – daunan, sampah daun, kertas dsbnya, tetapi tidak boleh dimasukkkan sampah sejenis kaleng logam, botol gelas, atau bahan –bahan sejenisnya kedalamnya.
  3. Letakkanlah slab dan bangunan atasnyan dengan lengkap, perhatikan bahwa keduanya akan dipindahkan secara berkala ke tempat yang lain.
  4. Untuk tambahan penimbunan kotoran manusia, buanglah sampah sehari – hari kedalam lubang, diikuti dengan kotoran lembu, kuda, kambing, ayam dan babi, dan juga tanah rembesan urine atau jerami. Bahan-bahan terakhir ini penting, sebab urine kaya akan nitrogen.
  5. Seminggu sekali masukkanlah beberapa kilogram guntingan rumput dan susunan daun-daunan yang baik kedalam lubang. Setelah beberapa percobaan, seseorang akan dapat memperoleh satu campuran lubang yang akan menghasilkan pupuk yang baik.
  6. Bila isi lubang telah mencapaiu permukaan 50 cm dibawah tanah digali lubang baru jarak 1,50 – 2 m atau lebih bila perlu, bangunan atas lubang slab dipindah diatasnya. Lubang yang pertama pada permukaan atas diberi timbunan guntingan rumput atau daun-daunan setinggi 15 cm, kemudian diatasnya dengan tanah dengan tanah yang dipadatkan setebal 35 cm.
  7.  Bila lubang kedua telah penuh sebagaimana telah disebutkan di atas, lubang pertama dibuka dan komposnya dipindahkan. Kompos ini merupakan bahan yang stabil, dan merupakan pupuk yang baik, yang dapat segera digunakan di kebun – kebun atau disimpan sebagai persediaan pupuk.
Volume lubang tergantung pada kebutuhan pupuk dan jumlah orang yang menggunakan kakus. Perbandingan volume tinja yang ditambahkan dengan sampah untuk memperoleh compos tinggi yang memuaskan adala 1 : 5.

  1. Keuntungan dan Kerugaian
Composting yang dilaksankan dengan semestinya pada kakus cemplung agak sukar dan mungkin diluar pengertian kebanyakan keluarga pedesaan.
Pengawasan yang ketat oleh petugas kesehatan, pertanian atau pendidikan serta follow up yang sistimatik diperlukan selama dua tahun pertama atau lebih
Composting pada kakus cemplung tidak bebas dari bahaya dan memerlukan perhatian. Penempatan yang tepat penting untuk mencegah pencemaran penyediaan air tanah dan pemasukan air ke dalam lubang. Metode ini memenuhi persyaratan sanitasi untuk pembuangan tinja apabila dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Kerugian adalah hilangnya sebagian cairan (khususnya urine) yang meresap kedalam tanah, dengan membawa serta senyawa-senyawa nitrogen yang terdapat dalam larutan.
Namun demikian , metode ini memberikan satu cara pengawetan nilai penyubur daripada ekskreta yang dapat dipertimbangkan, dengan resiko kesehatan yang minimal.

Oleh : Sulistyaningsih,SKM 
Puskesmas Kesesi 2







Tidak ada komentar:

Posting Komentar